Selamat Datang Selamat Membaca..

Wednesday, February 28, 2007

Mata Air dari Surga

Lebaran tiba, sudah dua tahun tidak menengok salah satu nenekku yang tinggal di punggung Gunung Lawu. Aku sudah berjanji dalam hati bahwa lebaran tahun ini (2006) aku akan ke rumahnya. Pada masa kecilku, rumah nenekku seperti arena petualangan yang tak mungkin kutemui di tempatku biasa tinggal. Berjalan kaki keluar dari kebunnya, di sebelah kiri ada hutan belantara (kata ibuku, dulu pernah tampak anak-anak harimau di sana), di sebelah kanan ada hutan Pinus, ada tanah lapang dan ada mata air (Sumber Koso) yang masih sangat terjaga, di seberang jalan terbentang hijaunya kebun teh milik Pabrik Teh Jamus. Dulu sering sekali pergi ke pabrik dan ke mata air-mata air yang berada di sekitar Pabrik ( Sumber Lanang dan Sumber Wadon), tentunya melewati kebun teh itu. Berarti sebelum tea walk ngetrend, aku sudah sering melakukannya, gratis lagi tidak seperti di Puncak.

Dengan perasaan cemas, aku datangi lagi tempat
favorit masa kecilku, Mata Air Koso (Sumber Koso, istilah penduduk setempat). Takut kalau-kalau tempat itu tak lagi seperti dulu. Takut kalau perubahan waktu membuatnya dikomersilkan dan menjadi tidak alami lagi. Takut bahwa yang kuimpikan tak lagi sama dengan kenyataannya.

Alhamdulillah...semua tampak masih sama. Hanya saja pepohonan di sana tak selebat yang dulu. Lihat batang-batang bambu itu?
Itu adalah pipa-pipa air minum penduduk setempat. Langsung dari pusat mata airnya. Jadi nyebur pun tidak apa-apa.
Nah tuh..langsung deh nyebur dan nungging..Itu memang pose khas untuk berburu udang.




Ha! dapat juga nih!










Lepasin ah, kasian..
Dan lagi, kalau ingin dimasak menjadi Bothok Udang ala Mbahku, aku harus berburu lebih banyak lagi, padahal udang ini sukar dilihat dan dikejar.
















Kalau yang ini, pose lain.
Bukan sedang berwudhu, ini sedang minum.
Sueeger banget lho.
Gimana ya menggambarkan rasa..(??)
Rasanya..sejuk (bukan dingin), terus kalau dibandingkan menurutku (kami) tak ada air mineral kemasan yang bisa menandinginya. Paling dekat rasanya dengan merk Aqua (tanpa bermaksud mendiskreditkan merk lain lho). Bedanya, air di sini rasanya lebih manis, lebih segar.

Di sudut yang lain, yang agak jauh dari pusat mata air, airnya lebih dalam.
Tuh lihat..dipakai berenang keponakan dan anak-anak tetangga. Dulu aku suka begitu juga. Sekarang sih udah malu hehehe.
Oya, sebelum listrik masuk desa, air dari mata air ini juga dipakai untuk menggerakkan kincir air pembangkit tenaga listrik. Tidak besar energi yang dihasilkan, namun cukup memadai untuk menerangi rumah.
See..air minum, listrik, sayuran, buah-buahan, semua gratis tis sudah disediakan oleh alam.
Tapi, terakhir ke sana kincir air itu tak ada lagi.


Nah kalau ini salah satu pohon besar yang tumbuh di sekitar mata air (beserta penunggunya..)

Aku berharap, tempat ini akan selamanya seperti ini. Agar anak-anakku kelak bisa merasakan petualangan yang sama seperti yang kualami pada masa kecilku..

Tuesday, February 27, 2007

Taman Bunga Nusantara (April 2006)

Memasuki areal dalam Taman Bunga Nusantara (TBN), 'prasasti' inilah yang pertama kali tampak olehku dan membuatku penasaran. Oh, ternyata prasasti betulan. Taman Bunga Nusantara, diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto pada 10 September 1995. Hawa sejuk Cipanas, Cianjur, Jawa Barat ini memang menjadi habitat yang cocok bagi berbagai tanaman yang ditata rapi di sini.


Tiket masuk?? aku tidak tahu. Tapi dapat info dari Pikiran Rakyat katanya Rp.12.000,00. (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/24/0804.htm). Beginilah kalau jalan-jalan cuma tau enaknya aja, ga tau apa-apa. Aku pergi bersama officemate, serunya karena rame-rame bersama teman-teman saja. Kalau serunya ber-travelling sih, jauuuh. Tapi ga apa apa, dinikmati aja. Toh gratis.

Saranku, sebelum jalan-jalan kaki keliling areal yang luas ini, baiknya ikut tour dulu dengan kendaraan terbuka (Wara-Wiri) atau Doto Trains (sepertinya yang ini buat anak-anak aja deh) yang sudah disediakan di TBN. O iya tentu saja, ada biaya ekstra untuk ini. Baru sesudahnya jalan kakilah ke tempat-tempat menarik yang sepintas telah dilihat lewat tour tadi, hemat energi dan hemat waktu (tapi tidak hemat uang ya?). Kalau membawa anak-anak, TBN mempunyai areal bermain juga lho. Tapi aku tidak sempat lihat, dan lagi tidak ada anak-anak (yang bisa kupinjam) yang bisa dijadikan alasan 'bermain' di sana.

Aku tidak tahu sebenarnya apa yang membuat bunga-bunga, tanaman-tanaman di sini tampak indah baik dilihat langsung maupun difoto. Hijaunya segar, merahnya ceria, kuningnya mempesona, benar-benar eye relaxing.

Tanaman Jengger Ayam (Celosia cristata, L)

Gambar di atas 'cuma' tanaman Jengger Ayam biasa, yang berkhasiat untuk obat diare dan anti inflamasi, biasa ditanam di rumah-rumah, tapi kok jadi begini ya..ehm.

Kalau yang di bawah ini anggrek di dalam rumah kaca, masuk ke rumah kaca ini perlu membayar lagi Rp 2000,00. Murah, karena di dalam benar-benar indah. Rumah kaca ini mungkin memang memudahkan mengontrol kondisi lingkungan buat tanaman-tanaman didalamnya karena curah hujan yang tinggi di Cianjur.

Ada menara di tengah taman, dari sana kita bisa melihat sebagian areal TBN yang memang luas banget, disitu juga dijual peta maze/labirin buat yang ingin mencobanya.
Nasibku (dan Novy) tak mujur, karena belum sampai berhasil mencapai finish, dihadang oleh tanah yang ampyuun beceknya, padahal sandalku tipis. Nekad? halangan pertama kami terjang, kedua, ketiga lha kok terus-terusan beceknya. Daripada belepotan lumpur mending "sok ga malu" aja diteriakin teman-teman dari atas menara.















Mushola ada di dua tempat (setahuku), di luar di dekat tempat parkir, dan di dalam di sebelah kiri dari gerbang masuk. Di dekat mushola yang di dalam ini, ada pohon aneh (asam jawa raksasa) yang sebenarnya di Sabuga ITB juga ada, tapi rasanya kok jadi beda aja, lebih subur tampaknya. Ini nih aku sempat nyengir di bawahnya..


dibawah naungan tanaman asli Afrika, Sausage Tree (Kigelia pinnata)